“Sebuah Tantangan bagi Penganut Idealisme Semu”
Oleh: Arie Ardhana
SEBELUM MEMBACA, ADA BAIKNYA JIKA ANDA TIDAK MENILAINYA DARI SEGI SUBJEKTIF
SEBELUM MEMBACA, ADA BAIKNYA JIKA ANDA TIDAK MENILAINYA DARI SEGI SUBJEKTIF
(Jangan membenci dan Jangan Menyenangi, NETRALKAN DIRI ANDA TERLEBIH DAHULU).
MARI KITA BERDISKUSI. SILAHKAN BERARGUMEN MENURUT KEYAKINAN DAN PENGERTIAN ANDA.
SEBELUM ANDA MEMBANTAH TULISAN INI, ADA BAIKNYA JIKA ANDA MENBACANYA DARI AWAL HINGGA AKHIR DAN BENAR-BENAR MEMAHAMINYA.
MARI KITA MULAI…..
MARI KITA BERDISKUSI. SILAHKAN BERARGUMEN MENURUT KEYAKINAN DAN PENGERTIAN ANDA.
SEBELUM ANDA MEMBANTAH TULISAN INI, ADA BAIKNYA JIKA ANDA MENBACANYA DARI AWAL HINGGA AKHIR DAN BENAR-BENAR MEMAHAMINYA.
MARI KITA MULAI…..
BUDAYA. Menarik sekali ketika kita mendengar kata tersebut, kadang kata tersebut menggetarkan hati kita ketika diucapkan. Bahkan “Budaya” telah kita anggap sebagai sesuatu yang “Sakral” untuk selalu kita jaga, kita lindungi, dan kita lestarikan. Bahkan kita (mungkin) beribu-ribu kali mengucapkan kalimat “Kita sebagai Insan Seni, harus menjunjung tinggi dan selalu melestarikan Budaya”. Dan saya-pun sebagai salah satu anggota dari komunitas seni mengakuinya sering mengucapkan kalimat “Mujarab” tersebut.
Sangking seringnya mengucapkan kalimat “mujarab” tersebut, dalam hati saya muncul pertanyaan, “Apa itu “Budaya”(dalam tanda kutip), dan kenapa aku harus menjaga dan melestarikannya”? Lalu timbul lagi pertanyaan dalam diri saya “Kenapa saya sebagai insan seni yang tergabung dalam komunitas seni harus melestarikan Budaya, apakah ada hubungan yang khusus antara Budaya dan Seni itu sendiri”? Baca Selanjutnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan Cuap-cuap